Thursday, September 25, 2008

KELEBIHAN LAILATUL QADAR




Para rasul dan nabi merupakan sebaik-baik manusia. Masjid Al-Aqsa, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Haram merupakan sebaik-baik tempat. Bulan Ramadan merupakan sebaik-baik bulan. Hari Jumaat merupakan sebaik-baik hari dan malam Lailatul Qadr merupakan malam yang terbaik dan malam yang paling mulia. dalam usaha memburu malam Lailkatul Qadr adalah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu apakah keistemewaan dan kemuliaan yang terkandung dalam malam tersebut. Diantara kelebihan dan keistimewaan malam Lailatul Qadr:

1 Lebih Baik dan Lebih Istemewa Dari Seribu bulan

-Firman Allah mafhumnya:
esungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” 1

2. Malam diturunkan kitab suci Al-Quran.

-Firman Allah mafhumnya:
"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” 2

3. Ibadah lebih baik daripada 80 tahun Ibadah Bani Israel
- Amalan yang dilakukan pada malam tersebut lebih baik daripada amalan yang dilakukan oleh Bani Israel selama 80 tahun.
- Diriwayatkan daripada Rasulullah s.a.w :
Pada suatu hari Rasulullah SAW telah menceritakan 4 orang Bani Israel yang telah beribadah kepada Allah selama 80 tahun. Mereka sedikit pun tidak derhaka kepada Allah, lalu para sahabat kagum dengan perbuatan mereka itu. Jibril datang memberitahu kepada Rasulullah SAW menyatakan bahawa Allah SWT menurunkan yang lebih baik dari amalan mereka. Jibril pun membaca surah al-Qadar dan Jibril berkata kepada Rasulullah ayat ini lebih baik daripada apa yang engkau kagumkan ini menjadikan Rasulullah SAW dan para sahabat amat gembira”.
4. Malam Lailatul Qadar malam berkat
- Pada Malam ini juga turunnya malaikat. Malaikat turun bersama-sama berkat dan rahmat Allah yang dikhaskan untuk MalamMalam ini juga disifatkan sebagai Malam berkat, firman Allah bermaksud:
“Sesungguhnya Kami turunkannya (al-Quran) pada Malam yang diberkati.” 3
5. Ditetapkan umur, rezeki dan ajal manusia
- Firman Allah bermaksud :
“Pada Malam itu (Lailatul Qadar) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” 4
- Maksud ‘urusan yang penuh hikmah’ adalah pada Malam itu Allah menentukan umur, rezeki dan ajal manusia.
6. Allah mengampunkan hamba-Nya yang menghidupkan Malam
Sabda Nabi:
“Barangsiapa yang menghidupkan bulan ramadhan (qiyam) dengan keimanan serta mengharapkan ganjaran pahala dari Allah Maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu". 5
Doa pada malam lailatul Qadr
اللهم انك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
“ Ya Allah sesungguhnya engkaulah tuhan yang maha pengampun dan maha mulia, engkau sukakan keampunan, maka ampunilah daku”
4.09am 25/09/2008
Bait Maqabir, Mansurah
Mesir.
Rujukan:
1- Surah Al-Qadar : 1-5
2- Surah Al-Qadar : 1-5
3- Surah Al-Dukhan: 3
4- Surah Al-Dukhan: 4
5- Sohih Bukhari dan Muslim

Saturday, September 20, 2008

MALAM LAILATUL QADAR



Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly

Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al-Qur’an Al-Karim, yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka berloma-lomba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits nabawiyah yang shahih menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” [Al-Qadar : 1-5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

“Artinya : Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Ad-Dukhan : 3-6]

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan. [1]

Imam Syafi’i berkata : “Menurut pemahamanku. wallahu ‘alam, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau : “Apakah kami mencarinya di malam ini?”, beliau menjawab : “Carilah di malam tersebut” [Sebagaimana dinukil Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/386]

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda.

“Artinya : Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” [Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169]

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata) : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya” [Hadits Riwayat Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]

Ini menafsirkan sabdanya.

“Artinya : Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir” [Lihat Maraji' tadi]

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda.

“Artinya : Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan dan lima)” [Hadits Riwayat Bukhari 4/232]

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan dari pada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah, dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.

Kesimpulannya

Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29. Wallahu ‘alam

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar.?

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” [Hadits Riwayat Bukhari 4/217 dan Muslim 759]

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, “Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah :

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fu’annii

“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku” [2]

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada isterimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha.

“Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya[3] menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya” [Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]

Juga dari Aisyah, (dia berkata) :

“Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya” [Hadits Riwayat Muslim 1174]

4. Tanda-Tandanya

Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu degan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari ‘Ubay Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi” [Hadits Riwayat Muslim 762]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.

“Artinya : Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah” [4]

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan” [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

Pautan http://ummusalma.wordpress.com/2007/10/04/malam-lailatul-qadar/

Wednesday, September 17, 2008

Sebab-Sebab Dibolehkan Tidak Berpuasa


1. Bermusafir

Firman Allah s.w.t:
"Maka sesiapa diantara kamu yang sakit ataupun bermusafir maka dia boleh berbuka dan menggantikannya pada hari yang lain." (184: al-Baqarah)

Syarat2 dibolehkan tidak berpuasa ketika musafir:

a. Destinasi yang lebih dua marhalah (89 km)
b. Memulakan perjalanan sebelum subuh hari yang dia tidak puasa.
c. Bukannya orang yang sentiasa bermusafir dalam mazhab Syafie seperti pilot, kelasi dan lain2.
d. Tujuan musafir adalah tujuan yang bukan maksiat.

Menurut jumhur ulama afdalnya berpuasa ketika musafir sekiranya tidak mendapat kemudaratan. Mazhab Hambali menyatakan makruh puasa ketika musafir sekalipun tidak rasa susah.

keharusan berbuka ketika musafir tidak disyaratkan ditimpa kesusahan dan kesakitan.

2. Sakit

Sakit yang dibenarkan berbuka adalah sakit yang menyebabkan seseorang itu merasai amat susah jika berpuasa, takut menyebabkan binasa, takut bertambah sakit atau lambat sembuh.

Dalilnya adalah ayat quran yang telah lepas.

3. Mengandung dan menyusukan anak

Diharuskan kepada wanita yang mengandung atau yang menyusu untuk tidak berpuasa .Sekiranya takut sesuatu berlaku yg buruk kepada anaknya maka boleh berbuka puasa dan dikenakan qada dan fidyah. Sekiranya keduanya berbuka kerana takut berlaku sesuatu yang tidak elok berlaku kepada dirinya maka dia dikenakan qada sahaja.

Dalilnya ialah sabda Nabi s.a.w:
"Sesungguhnya Allah telah mengurangkan solat 4 rakaat fardu kepada 2rakaat kepada orang bermusafir dan membenarkan wanita yang hamil dan menyusukan anak untuk tidak berpuasa." (Hr Nasaie dan Tirmizi)

4. Tua yang tidak mampu untuk berpuasa.

Ijmak ulama menyatakan harus bagi orang yang tua yang tidak mampu untuk tidak berpuasa dan wajib membayar fidyah bagi setiap hari yang dia tidak puasa.

Demikian juga bagi orang yang sakit yang tidak mungkin sembuh dan tak mampu untuk berpuasa maka dibolehkan tidak berpuasa dan dia perlu bayar fidyah.

5. Terlampau lapar dan dahaga yang boleh membawa
kemudaratan diri.


Boleh berbuka sekiranya takut berlaku kebinasaan, kematian, atau hilang akal. Malahan berpuasa jika menyebabkan kemudaratan pada diri adalah haram. Firman Allah s.w.t:

"Dan janganlah kamu mencampakkan dirimu ke lembah kebinasaan." (195: surah al-Baqarah)

6. Dipaksa untuk berbuka.

Jumhur ulama menyatakan boleh berbuka kepada orang yang dipaksa. Adapun ulama syafie tidak membenarkannya.

Rujukan: Al-Wajiz Fil Feqhil Islami oleh Dr Wahbah az-Zuhaili.
http://akhisalman.blogspot.com

Adab Beriktikaf



Nabi s.a.w bersabda: Maksudnya: "Sesungguhnya Nabi s.a.w beriktikaf pada sepuluh hari yang terakhir pada bulan ramadan setiap tahun sehinggalah baginda wafat. Kemudian isteri2 Nabi s.a.w beriktikaf selepas kematian Nabi s.a.w." (Hadis sahih Bukhari dan Muslim)

Masa iktikaf

Paling kurang ialah berada di dalam masjid walaupun sebentar. Ini adalah pendapat jumhur (kebanyakan)ulama. Mazhab maliki mensyaratkan hendaklah
paling kurang sehari semalam.

Adakah disyaratkan puasa?

Tidak disyaratkan berpuasa ketika beriktikaf mengikut pendapat jumhur. Ini berdasarkan hadis berikut:

"Ya Rasulullah sesungguhnya aku bernazar untuk beriktikaf di masjid haram pada waktu malam." Rasulullah menjawab: "Tunaikan nazarmu." (Hr Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan tidak disyaratkan sehari semalam dan berpuasa ketika iktikaf.


Syarat2 iktikaf:


1. Islam.
2. Mumayyiz.
3. Di Masjid.
4. Niat iktikaf

5. Suci dari haid, nifas dan berjunub.

6. Diizinkan suami jika isteri.


Iktikaf Nazar


Syarat tambahan bagi iktikaf nazar


1. tidak boleh keluar masjid sehingga masa tamat melainkan untuk keperluan yg sgt penting seperti qada hajat.


Marilah kita sama2 menghidupkan semula sunnah Rasulullah s.a.w terutamanya dibulan ramadan.


Rujukan: Al-wajiz Fil Feqhil Islami oleh Dr wahbah az-Zuhaili dan Riadus Solihin oleh Imam Nawawi.
Related Posts with Thumbnails